Karma Di kehidupan Nyata
Kita seringkali lupa, tenaga dan kesehatan tidak akan bertahan lama.
Selagi mereka masih sehat dan belum termakan usia, semoga kita semua bisa berikan apa yang bikin mereka bahagia.
Nggak perlu materi atau hal yang perlu usaha lebih, sebenarnya orangtua akan nyaman, tenang dan bahagia dengan hal-hal kecil yang kita lakukan. Bisakah kita?
Bagaimana nanti ketika Ayah dan Ibu beranjak senja, tua dan tak mampu lagi merawat atau membantumu seperti sedia kala? Pernahkah kalian berpikir, hidupnya nanti bergantung padamu, ketenangan dan kenyamanan di masa tua adalah yang paling utama.
Mereka sudah tak lagi berambisi mengejar materi, hanya ada harapan yang mereka taruh dalam dirimu, anaknya yang mereka sayangi.
Di era modern seperti sekarang, tak sedikit orang yang masih percaya dengan kutukan.
Namun banyak pula yang menganggap hal itu hanya isapan jempol di sebuah negeri dongeng.
Sebenarnya, konsep karma sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Bahkan, semenjak penyebaran agama Hindu dan Buddha.
Karma sendiri berasal dari bahasa Sanskerta. 'Karman' yang berarti tindakan dan 'Pali' yang berarti aksi.
Berbicara mengenai karma, sama halnya ketika membahas seputar aksi dan reaksi. Konkretnya suatu tindakan akan menghasilkan suatu efek tersendiri.
Dari manakah efek itu berasal? Tentu jawabannya dari diri sendiri. Secara sederhana, karma berarti suatu konsekuensi yang diterima karena kelakuan atau perbuatan si manusia sendiri.
Hasil atau buah dari tindakan itu disebut karmaphala.
Contohnya, Seorang anak tidak sungguh sunguh merawat ibunya saat di usianya yang tua,dan diyakini si anak akan mengalami kejadian serupa di masa mendatang atau dimasa sekarang.
Namun, tak semua karma itu berbuah pahit. Ibaratnya, jika menanam benih kebaikan tentu akan mendapat buah yang manis di masa depan atau masa sekarang.
Foto : fb @dianalahne
(foto hanya ilustrasi)
Admin : halopejati.com