Mengenal dan memahami pelinggih Tugu karang
Pelinggih Penunggun Karang atau juga disebut dengan Pengijeng Karang yang merupakan salah satu bangunan suci, dan Stana Ratu Made jelawung/ ratu made alang Kajeng.
Beliau berada dibawah perintah Dewa Mahadewa, dan sebisa mungkin Pelinggih Penunggun Karang berada di posisi Kaja Kauh (barat laut) dalam pekarangan rumah.
Menurut kajian Tatwa Kanda Empat Sari Penuggu ada 2 jenis yaitu Penunggu Karang yang ada di pekarangan dan penunggu Tegal / ladang yang ada di kebun pertanian, tetapi keduanya memiliki unsur tugas yang hampir sama cuma beda wilayah kekuasaan saja.
Bentuk bangunannya adalah Tugu yaitu bangunan beratap menghadap keselatan berada di barat laut Wayabya dengan Sastra “Sing” kenapa berada di Wayabya karena sastra Tang dengan dewanya I Ratu Made Jelawung setelah mendapat panugrahan sastra Sing dengan dewanya Sanghyang Sangkara maka munculah kekuatan unsur pelindung yang melindungi segala hak milik manusia..
Setelah mendapat panugrahan Sangkara maka perwujudan I Ratu Made jelawung menjadi Betara Dukuh Sakti.
Disinilah beliau berfungsi sebagai dewa wates / pagar, dewa pelindung segalanya dan sebagai dewa penerang baik buana agung maupun buana alit.
Persembahan yang di haturkan kepada Betara Penunggu Karang Betara Dukuh Sakti adalah
Peras Pejati ketipat gangsa/ketipat pagehan, taluh bekasem, punjung kuning berisi ayam putih siyungan dipanggang, tirta bunga tunjung kuning / , berfungsi sebagai Tirta Kundalini untuk membuat jiwa orang menjadi terang atau segala persembahan menjadi bersinar.
Tambahan ;
Konsep pelinggih pancamaha butha pada kajian tatwa Kanda Empat Sari dan Kanda Empat Dewa, bagaimana prosesi perubahan status dari nyama papat;
Yeh nyom -> I Ratu Ngurah tingkeb langit, Darah -> I Ratu Wayan Tabeng Sakti, Lamas -> I Ratu Made Jelawung
Ari2 -> I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan, dan pada diri manusia itu sendiri menjadi I Ratu Ketut Petung..
Dalam pengimplementasian beliau ketika disebut Sanghyang Panca Maha Butha yang berada di kahyangan tiga desa puseh dalem serta menempati rumah umat hindu Bali yang berada di merajan sebagai
-Ngerurah - taksu agung..
- Taksu Geginan/surya natah/siwa guru reka,dan Pengijeng karang dan terakhir
- Lebuh berada di pintu masuk atau diluar area pekarangan rumah..
Kesemua itu dikaji oleh sastra peringkesan Dasa Aksara menjadi Panca Aksara,
Sastra sa, ba, ta, a, i, untuk memahami dan memberi kan kajian atas Panca maha Butha yang melahirkan yadnya caru atau Butha yadnya..
Jadi Sastra Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, untuk memberikan kajian dan pemahaman tentang Panca dewata di tatwa Kanda Empat Dewa dan kajian Sanghyang Panca Maha Butha di Kanda Empat Sari, lalu proses perubahan Sanghyang Panca Maha Butha menjadi Sanghyang Panca Taksu yang memberi tuah dan taksu serta pengenter bagi orang2 spiritual agar ketaksuan atau ketakson dalam berbagai profesi,
Kelima bangunan suci itu adalah sarana dan wahana serta tempat kita memohon penyelarasan agar terjadi keseimbangan buana agung dan buana alit..
Untuk filsafat filosofi dari sastra SANG,BANG,TANG,ANG ,ING yang memberi penugrahan akan di post dipostingan yang berbeda🙏
Postingan ini dimuat kembali bertujuan sebagai bahan diskusi, bukan untuk saling menggurui ...jika ada penyampaian yang kurang tepat mohon dikoreksi bersama..
Salam berbagi semoga bermanfaat 🙏😇
Dirangkum dari berbagai sumber
📸: Fb @agung aryawati (ilustrasi)
Admin: halopejati.com