top of page
Cari

Rahajeng Rahina Suci Tumpek Uduh


Disebut juga tumpek pengarah, Tumpek pengatag, hari ini menurut umat hindu adalah hari turunnya sanghyang sangkara yang menjaga keselamatan hidup segala tumbuh-tumbuhan..beliau menjaga agar tumbuhan tersebut subur dan terhindar dari hama penyakit serta memberikan hasil yang baik dan berlimpah...


Dalam konsep siva siddhanta sanghyang sangkara adalah perbanyakan dari batara siwa yang tidak berbeda dengan beliau..

Tetapi dalam etika dan upacaranya pembagian dan pembedaan itu untuk menggambarkan kekuatan beliau yang tanpa batas dan agar manusia yang serba terbatas ini dapat merealisasikan setiap energy tuhan dalam kehidupannya..


Peringatan tumpek atag tentu bisa dirasakan betapa alam saling mendukung keberadaanya satu dengan yang lainnya..

Disebut juga tumpek bubuh, karena dihari itu dihaturkan bubur sumsum yg terbuat dari tepung ..

Disebut dengan tumpek pengatag,karena mantra yang digunakan untuk pengupacarai di sertai dengan prosesi ngatag, mengetok getok bagian batang tumbuhan yang di upacarai..


Adapun sarana yang dihaturkan saat tumpek wariga

- banten peras

- banten nasi tulung sesayut

- banten tumpeng

- bubur sumsum

- banten tumpeng agung

- ulam itik , banten penyeneng

- tetebusan dan canang sari serta dupa harum..


Banten yang dihaturkan menghadap kaja kauh menghayat betara sangkara sebagai dewanya tumbuhan..

Kemudian tumbuhan yang ada dipekarangan rumah diberikan sasat gantungan yg di ikat pada batang tanamannya,lalu di berikan bubur sumsum dan di atag, pukul 3x dengan pisau tumpul dengan mengucapkan mantra..


Kaki kaki, dadong dija??

Dadong jumah gelem kebus dingin,ngetor

Ngetor ngeed-ngeed-ngeed

Nged kaje, nged kelod, nged kauh nged kangin

Bin selae lemeng galungan mebuah pang ngeeeed",


Mantra terebut adalah mantr sesontengan, bahasa kiasan, secara turun temurun diucapkan saat mempersembahkan upakara(banten ) tumpek atag .

Penyebutan kaki - dadong dalam kontek ini ditujukan untuk memuliakan bahwa tumbuhan jauh lebih dulu ada (tua) dari lada manusia dan makhluk lain yang ada di permukaan bumi..

Entah siapa yang memulai dan sejak kapan petikan monolog tersebut diatas tersebar luas di kalangan umat hindu dibali..penulis tidak mengetahui secara pasti..

Kemungkinan petikan monolog diatas tidak sama persis di ucapkan dengan warga desatu dgn warga desa lainnya, namun saat tumpek uduh atau tumpek atag memiliki tujuan dan harapan yang sama...


Dikutip dari berbagai sumber..


Admin : halopejati.com

📸 Fb @pipit andreyani

15 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

TUMPEK Saniścara kliwon ngaran tumpěk, wkasing tuduh ring sarwa janma, [Sundarigama, a] Rahina pertemuan Saptawara Saniscara (Sabtu) dengan Pancawara Kliwon dinamakan Tumpěk, yang bermakna puncak sega

PAGERWESI

bottom of page