SEJARAH BERDIRINYA PURA TANAH LOT
Om swastiastu
Mungkin ada yang tertarik ingin tau
Sejarah Berdirinya Pura Tanah Lot??
Setiap pura di Bali, memiliki latar belakang dan sejarah masing-masing, baik itu sejarah yang tertulis dalam prasasti ataupun lontar-lontar kuno, atau bahkan berasal dari legenda yang diyakini sampai sekarang ini. Seperti halnya sejarah Pura Tanah Lot, berdirinya pura ini berawal dari perjalanan pendeta suci yang berasal dari kerajaan Majapahit di tanah Jawa, beliau bernama Dang Hyang Nirarta atau Dang Hyang Dwijendra. Sebagai pendeta suci beliau juga seorang tokoh dalam menyebarkan ajaran agama Hindu, dalam penyebaran agama Hindu perjalanan beliau sampai ke pulau Lombok, di pulau tersebut beliau dikenal dengan gelar Tuan Semeru atau Guru Semeru.
Hijrahnya Dang Hyang Nirarta ke Bali, tidak lepas dari runtuhnya kerajaan Majapahit. Perjalanannya ke Bali dalam rangkaian Dharma Yatra, sebuah perjalanan suci dalam penyebaran agama dan tidak akan kembali ke Jawa. Yang berkuasa di Bali saat beliau datang adalah Raja Waturenggong, raja dengan suka cita dan hormat menyambut kedatangan orang suci seperti Dang Hyang Nirarta, dalam perjalanan sucinya di Bali Dang Hyang Nirarta mendirikan banyak pura seperti Pura Rambut Siwi, Pulaki, Melanting, Uluwatu, Er Jeruk, Petitenget, Purancak, Ponjok Batu, Kaprusan, Gunung Payung dan Pura Tanah Lot, yang semuanya pura kuno di Bali yang terjaga keberadaanya.
Dalam perjalanannya menyusuri pesisir dari Barat, suatu ketika beliau melihat sinar suci dari arah Tenggara, dengan tingkat kerohanian yang tinggi beliau tahu bahwa itu sebuah petunjuk gaib, untuk itulah diikuti sinar tersebut sehingga sampai pada sumbernya sebuah mata air, tidak jauh dari tempat tersebut beliau menemukan tempat yang sangat indah, sebuah bongkahan batu karang besar berbentuk seperti burung yang dinamakan Gili Beo. Di gili inilah Dang Hyang Nirarta melakukan meditasi dan mendekatkan diri dengan Tuhan dan memuja Dewa penguasa laut.
Gili Beo ini terletak di pinggir pantai di wilayah Desa Beraban. Di desa ini sendiri dikuasai oleh seorang bendesa, pemimpin desa ini sangat dihormati warga dan terkenal sakti, pemimpin desa tersebut bernama Bendesa Beraban Sakti, warga yakin, percaya dan bersandar pada seorang pemimpin seperti Bendesa Beraban yang menjadi utusan Tuhan, untuk itulah Bendesa Beraban sangat disegani oleh warga dan memiliki banyak pengikut. Namun dengan kedatangan Dang Hyang Nirarta ke desa Beraban banyak warga termasuk juga pengikut Bendesa yang ikut ajaran Dang Hyang Nirarta, melihat ini semua Bendesa Beraban menjadi marah dan mengajak pengikutnya untuk mengusir Dang Hyang Nirarta.
Pada saat penyerangan Bendesa Beraban Sakti, dengan kekuatan spiritual Dang Hyang Nirarta melindungi dirinya dari serangan Bendesa dengan memindahkan batu karang besar Gili Beo ke tengah pantai dan dengan selendangnya menciptakan banyak ular berbisa di sekitar batu karang tersebut yang berfungsi sebagai pelindung, sampai sekarang keberadaan ular laut tersebut masih bisa ditemukan, warnanya hitam dengan belang-belang kuning dan berekor pipih, ular ini diyakini sebagai penjaga pura siap menyerang dan mengganggu keberadaan pura, sedangkan bongkahan batu karang tersebut dinamakan Tanah Lot yang akhirnya didirikan sebuah tempat suci bernama Pura Penataran Luhur Tanah Lot.
Menyaksikan kesaktian dan kekuatan spiritual Dang Hyang Nirartha, Bendesa Beraban menjadi kagum dan akhirnya menjadi pengikut setia sang pendeta dan ikut membantu penyebaran agama Hindu kepada warga setempat. Sebagai tanda jasa sang Bendesa dalam membantu penyebaran agama, maka sang pendeta memberikan sebuah keris bernama Keris Jaramenara atau Keris Ki Baru Gajah, sampai saat ini keris tersebut masih tersimpan dengan baik di Puri Kediri, keberadannya dikeramatkan serta diupacarai setiap hari Raya Kuningan. Keris tersebut memiliki tuah menghilangkan segala jenis penyakit pada tanaman.
Di kawasan pura Tanah Lot terdapat sejumlah pura lainnya seperti Pura Pekendungan, pura Batu Bolong, Pura Penataran, Batu Mejan, Enjung Galuh dan Jero Kandang. Piodalan ataupun pujawali yang dilakukan di pura Tanah Lot setiap 6 bulan sekali sesuai penaggalan Bali setiap 210 hari, pada hari Buda (Rabu) Wage Langkir, tepat 4 hari setelah hari Raya Kuningan, pada saat pujawali tersebut umat Hindu dari berbagai daerah di Bali akan datang untuk bersembahyang ke sini.
Demikian sejarah atau legenda yang diyakini warga sebagai latar belakang berdirinya pura Penataran Luhur Tanah Lot, pura ini terletak di desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Pura Tanah Lot menjadi bagai sejarah peninggalan tempo dulu dan menjadi warisan pura kuno di pulau Bali.
Via: @infoseputarbali
📸. Hendry.ZP
Admin:halopejati.com