TENTANG OTONAN
OTONAN DAN SEBUAH LILIN KEHIDUPAN. “ketika momen otonan itu datang kembali, tandanya cahaya lilin kita diberi waktu bersinar lebih lama” Otonan atau Ngotonin, yang merupakan peringatan hari kelahiran berdasarkan satu tahun wuku, yakni; 6 (enam) bulan kali 35 hari = 210 hari. Jatuhnya Otonan akan bertepatan sama persis dengan; Sapta Wara, Panca Wara, dan Wuku yang sama. Misalnya saya yang lahir pada hari Kamis Pon Kuningan, selalu otonannya akan diperingati pada hari yang sama persis seperti itu yang datangnya setiap enam bulan sekali (210 hari). Menurut tradisi umat Hindu di Bali, dalam mengantarkan doa-doa otonan sering mempergunakan doa yang diucapkan yang disebut sehe (see) yakni doa dalam bahasa Bali yang diucapkan oleh penganteb upacara otonan yang memiliki pengaruh psikologis terhadap yang melaksanakan otonan, karena bersamaan dengan doa juga dilakukan pemberian simbol-simbol sebagai telah menerima anugerah dari kekuatan doa tersebut. Banyak hal yang terlintas ketika mengingat otonan, seperti bagaimana nenek mendoakan (natabin) saya saat otonan, mengikatkan gelang benang dengan lagu-lagu khusus, dan kebersamaan setelah otonan itu berakhir (biasanya makan bersama ayam betutu sesajen otonan). Saat mengikatkan gelang benang, nenek selalu berkata, “gus…gus, megelang benang, mewat kawat, mebalung besi” (gus…gus, memakai gelang benang, agar berotot kawat, dan bertulang besi) sekilas memang unik, tapi dibalik itu terdapat doa agar kita selalu diberi kelurusan hati (layaknya benang) dan tidak mudah patah semangat (kuat layaknya kawat dan besi). Momen unik lainnya adalah sesaat akan natab dimana nenek sering mengatakan “gus…gus.., ngilehang sampan, ngilehang perahu, batu mokocok, tungked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu “bencah” (gus..gus, memutar sampan, memutar perahu, batu makocok, tongkat bungbung, sampai di pesisi menemukan kapal terdampar). Doa ini mempunyai makna bahwa hidup ini bagaikan sebuah perahu (sampan atau perahu) yang harus dijalani dengan suatu keyakinan (batu mekocok) sehingga kita selalu berada dalam keseimbangan dan tidak mudah hanyut dalam hal-hal yang buruk (tungked bungbungan) dan senantiasa dimurahkan rejekinya (perahu bencah). "Cobalah Sejenak untuk hening dalam suatu malam, dan sadari bahwa hidup seperti sebuah lilin, ketika momen otonan itu datang kembali, tandanya cahaya lilin, kita diberi waktu bersinar lebih lama. Cahaya ini akan menyinari segalanya disekitar kita, menjadikan kita melihat anda atau dia. Tapi dibalik itu, lilin itu semakin lama akan semakin berkurang, hingga pada saatnya lagi lilin itu akan padam. Cerpen dibalik otonan KISAH @putiprasasta Bagaimana dengan kisah teman-teman lainnya? Admin : halopejati.com