Tumpek Bubuh
Masyarakat Bali memandang kehidupan secara śākta-vāda yaitu segala yang ada dalam kehidupan ini adalah perwujudan śakti, energi Sang Kesadaran Agung. Īśa Upaniṣad menjelaskan bahwa apa pun yang kita lihat, baik bergerak & tidak bergerak, dikendalikan oleh Īśāna. Śvetāśvatara Upaniṣad (4.10) menyatakan hal yang sama bahwa energi-energi-Nya menangani segala sesuatu. Dan Śiva Purāṇa (Vāvavīya Saṁhitā bagian ke 2) membenarkan, seperti halnya panas/cahaya (śakti) disebarkan ke segala arah oleh matahari (śaktiman) yang berada di satu tempat, demikian pula seluruh ciptaan adalah perwujudan energi-energi yang merupakan perluasan dari Sang Hyang Pemutering Jagat, Sadāśiva. Lontar Çundarigama (2.5) menyebutkan, "Pada Sabtu, Saniscara Keliwon, disebutlah hari Panguduh (Tumpek Ngatag), sebagai hari untuk memuja Śāṅkara, sebab Beliaulah sebab dari segala sebab tumbuh-tumbuhan berasal." Jadi, jatuh pada hari ini Sang Hyang Licin dipuja dalam manifestasi-Nya sebagai Bhaṭāra Śāṅkara sebagai penguasa tumbuh-tumbuhan. Dalam Veda, Śāṅkara adalah nama lain dari Śiva, sedangkan dewa bagi tumbuh-tumbuhan adalah Soma (dewa bulan). Dalam Śiva Puraṇa (Kotirudra Saṁhitā: bab 14), dikisahkan pada zaman Cākṣuṣa Manvantara, Soma menikahi ke 27 putri Prajāpati Dakṣa, namun diantara istri-istri tersebut hanya Rohiṇī saja yang dicintai Soma. Istrinya yang lain mengadu kehadapan ayahanda. Mendengar aduan tersebut, Dakṣa mengutuk Soma kelak bulan tidak akan memancarkan sinar yang bermanfaat bagi tumbuh-tumbuhan di bhūmi. Kemudian Soma berlindung kepada Sadāśiva dengan mańtra Mṛtyuñjaya. Śiva senang dengan pengabdian bulan & membebaskan kutukan Dakṣa. Śiva lalu bersemayam di bathin Soma, Śiva dikenal sebagai Someśvara (penguasa dewa bulan). Disatu sisi Śiva dikenal sebagai Cańdra Śekhara (Dia dengan bulan sabit dikepala-Nya). Kesimpulan dari kisah ini adalah tentang sifat sejati sang jīva (entitas hidup) yang pada hakikatnya dimaksudkan untuk melayani Tuhan & hanya berserah diri pada-Nya. Tuhan bersemayam di setiap makhluk & segala sesuatu berada di dalam tubuh Tuhan (Puruṣa Sūkta Ṛegveda).
📷: @madewedastra Via : @fisafat_hindu
Admin : halopejati.com