top of page
Cari

Tumpek Wayang

Tumpek Wayang berasal dari dua kata yakni Tumpek dan Wayang. Tumpek sendiri berasal dari kata "Tu" yang artinya metu atau lahir dan "Pek" yang berarti putus atau berakhir.

Sedangkan kata Wayang merupakan bagian dari Wuku yang juga mengandung arti "Bayang atau Bayang-Bayang".

Upacara Tumpek Wayang dilaksanakan untuk memuja Sang Hyang Widhi

sebagai manifestasinya Dewa Iswara yang berfungsi untuk menerangi kegelapan, memberikan pencerahan ke hidupan di dunia serta mampu membangkitkan daya seni dan keindahan.


manusia memiliki dua sifat yakni sifat yang baik dan sifat yang buruk ( Daiwisampad dan Asurisampad ), sifat tersebut ada pada setiap orang, maka dari itu manusia wajib memahami diri pribadinya sehingga dapat mebersihkan diri serta mensucikan diri sehingga dapat meningkatkan kwalitas kesucian guna menemukan kebahagiaan.

Sehari sebelum Tumpek Wayang, yaitu pada hari Sukera Wage wuku Wayang, yang dinamakan Alapaksa merupakan hari yang cemer.

Sehubungan dengan itu umat Hindu disarankan mengenakan sarana daun pandan berduri pada pintu masuk, pintu rumah dan dibawah tempat tidur ( ikang wwang yogya maseselet rwan ing pandan, mwang sasuhuk rwi ing pandan, tekeng umah-umah paturon), daun pandan (sasuhuk) tersebut keesokan harinya dikumpulkan dan diikat dengan benang Tri Datu, di tempatkan di atas sidi lalu di buang di Lebuh, yang mengandung makna simbolik bahwa kita telah berhasil ( sidhi), menyelamatkan diri dari berbagai rintangan dan godaan serta mengedepankan sifat Daiwisampad dalam hidup keseharian


Dalam rerainan umat Hindu, khususnya di Bali dikenal ada enam macam Tumpek yang jatuhnya selalu pada Sapta Wara dan Panca Wara yang sama yaitu Saniscara (sabtu) Kliwon, sedang wukunya berbeda-beda.

Kalau jatuh pada wuku Landep disebut Tumpek Landep, dan seterusnya disebut menurut wukunya

Tumpek Wariga (rerainan untuk tanem-tuwuh), Tumpek Kuningan (rerainan Kuningan),

Tumpek Klurut (rerainan untuk kesenian),

Tumpek Uye (rerainan untuk sarwa unbuan) dan Tumpek Wayang yang tidak lain merupakan rerainan untuk memohon kerahayuan kehadapan Hyang Widhi .


Tumpek Wayang merupakan cerminan di mana dunia yang diliputi dengan kegelapan, manusia oleh kebodohan, keangkuhan, keangkara murkaan.


Oleh sebab itu, Siwa pun mengutus

Sangyang Samirana turun ke dunia untuk memberikan kekuatan kepada manusia yang nantinya sebagai mediator di dalam menjalankan aktifitasnya.




Admin: halopejati.com


5 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

TUMPEK Saniścara kliwon ngaran tumpěk, wkasing tuduh ring sarwa janma, [Sundarigama, a] Rahina pertemuan Saptawara Saniscara (Sabtu) dengan Pancawara Kliwon dinamakan Tumpěk, yang bermakna puncak sega

PAGERWESI

bottom of page